Bulan Rabiul Awal merupakan bulan yang sangat bersejarah dan
berharga bagi umat islam didunia. Dimana pada bulan ini Alloh SWT telah
mengaruniakan kepada kita umat manusia, seorang Nabi dan Rasul bernama Muhammad
bin Abdullah sebagai rahmat bagi alam semesta alam. Sebagaimana firman-Nya,“Dan
tiadalah Kami mengutus kamu (Muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi
semesta alam.” (QS. al-Anbiya; 107).
Tanggal 12 Rabi’ul Awal telah menjadi salah satu tanggal
istimewa bagi sebagian kaum muslimin. Tanggal ini dianggap sebagai hari kelahiran
Nabi akhir zaman, sang pembawa risalah, penyempurna iman, Nabi agung
Muhammad shallallahu alaihi wa ‘alaa alihi wa sahbihi wa sallam.
Beliau merupakan sosok teladan umat muslim yang pada sosoknya lah kita berkaca
terhadap semua tindak tanduk yang kita perbuat setiap harinya.
Tanggal 12 Rabiul Awal ini biasa disebut Maulid Nabi atau
Maulud saja. Kata maulid atau milad dalam bahasa Arab berarti hari lahir. Jadi
Maulid Nabi Muhammad SAW (bahasa Arab mawlid an-nabī), adalah peringatan hari
lahir Nabi Muhammad SAW. Peringatan Maulid Nabi merupakan tradisi yang
berkembang di masyarakat Islam jauh setelah Nabi Muhammad wafat. Masyarakat
muslim di Indonesia umumnya menyambut Maulid Nabi dengan mengadakan
perayaan-perayaan keagamaan seperti pembacaan shalawat nabi, pembacaan syair
Barzanji dan pengajian. Peringatan ini bukan sekedar mengenang sebatas
kelahiranya saja, lebih dari itu Secara subtansi, peringatan ini adalah
ekspresi kegembiraan dan penghormatan kita selaku umatnya kepada Nabi Muhammad
SAW. Tujuannya adalah untuk membangkitkan kecintaan kita kepada Nabi Muhammad
SAW.
Diantaranya banyak menyebut manaqib (kisah hidup) dan
kepribadian beliau yang mulia, menjalankan sunnah-sunnahnya yang agung, dan
banyak bershalawat kepadanya. Sebagaimana hadist nabi yang artinya :“Di
antara umatku yang paling cinta kepadaku adalah orang-orang yang hidup
sesudahku, yang salah seorang di antara mereka ingin melihatku walau harus
mengorbankan keluarga dan harta benda.” (HR. Muslim) Salah satu bentuk kecintaan kita kepada beliau adalah
bershalawat, sebagaimana yang diperintahkan Allah dalam al quran surah al ahzab
ayat 56 yang artinya: “Sesungguhnya
Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang
beriman, bershalawatlah kalian untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan
kepadanya.” (Al Ahzab: 56).
Asy Syaikh As Sa’di berkata: “(Dalam ayat ini) terdapat
penjelasan tentang kemuliaan Rasulullah , ketinggian derajatnya, mulianya
kedudukan beliau di sisi Allah dan di sisi makhluknya. Dan sesungguhnya Allah
dan para malaikat-Nya bershalawat, yaitu memujinya di hadapan para malaikat dan
kelompok makhluk yang mulia, yang menunjukkan kecintaan-Nya kepada Nabi dan
para malaikat yang dekat (dengan Allah) memberi pujian, mendo’akan serta
merendahkan diri kepadanya. Maka wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah
kalian kepadanya dan ucapkanlah salam dalam rangka mengikuti Allah dan para
malaikat-Nya serta sebagai balasan baginya atas sebagian hak-hak beliau atas
kalian dan untuk menyempurnakan keimanan kalian. Mengagungkannya, mencintai dan
memuliakan nya, serta untuk menambah kebaikan-kebaikan dan menghapus
kesalahan-kesalahan kalian.” (Taisir Al Karimir Rahman, hal. 671)
Berangkat dari sini sudah sepantasnya, kita selaku umatnya
selalu bersholawat kepada nabi. sebagai bentuk kecintaan kita kepada nabi.
bersholwat ketika duduk, berdiri ataupun berjalan. Bersholawat Ketika pagi
siang sore maupun malam. Kita berharap semoga dengan peringatan maulid nabi ini
menambah kecintaan kita kepada nabi dan kembali bersemangat menjalankan
sunnah-sunnahnya yang agung .
Firman Allah -‘Azza wa Jalla- dalam surah Al-Ahzab ayat 56 :
BalasHapus“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kalian untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya”.
uwaijiry -rahimahullah- berkata dalam Ar-Roddul Qowy, hal. 70-71, “Sungguh Nabi -Shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wasallam- telah memotifasi untuk memperbanyak bersholawat kepada beliau di waktu-waktu tertentu, seperti pada hari Jum’at, setelah adzan, ketika nama beliau -Shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wasallam- disebut, dan waktu-waktu lainnya. Sekalipun demikian, beliau tidak pernah memerintahkan atau memotifasi untuk bersholawat kepada beliau pada malam maulid beliau. Jadi, seyogyanya diamalkan sesuatu yang diperintahkan oleh Rasululullah -Shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wasallam- dan ditolak segala sesuatu yang beliau tidak perintahkan”. -Selesai dengan sedikit perubahan-
Syaikh Al-Muqthiry dalam Al-Mawrid hal. 18 menyatakan, “Bersholawat kepada Nabi adalah perkara yang dituntut terus-menerus, bukan hanya di awal tahun atau dalam dua hari sepekan.
Allah -Ta’ala- berfirman:
“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kalian untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya”. (QS. Al-Ahzab : 56)
Beliau -‘alaihish sholatu wassalam- bersabda:
“Barangsiapa yang bersholawat atasku satu kali, maka Allah akan bersholawat atasnya sepuluh kali” (HR. Muslim no. 384, 408 dari ‘Abdullah bin ‘Amr ibnul ‘Ash dan Abu Hurairah -radhiyallahu ‘anhuma-).
Beliau telah memerintahkan untuk bersholawat kepadanya setelah adzan, dalam sholat dan demikian pula ketika nama beliau -Shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wasallam- disebut.
Beliau bersabda:
“Kecelakaan bagi seseorang yang mendengar namaku disebut di sisinya, lantas dia tidak bershalawat kepadaku” (Telah berlalu takhrijnya).
“Orang yang kikir adalah orang yang namaku disebutkan di sisinya, lalu dia tidak bersholawat atasku” (HR. At-Tirmidzy (3546) dan An-Nasa`iy dalam Al-Kubro(8100, 9883) dari Al-Husain bin ‘Ali -radhiyallahu ‘anhuma- dan dishohihkan oleh Al-Albany dalam Shohihul Jami’ no. 2878).
(Rujukan: Ar-Roddu ‘ala Syubuhati man Ajazal Ihtifal bil Maulid syubhat kedua dan Al-Mawrid fii Hukmil Ihtifal bil Maulid hal. 18)