BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pembelajaran merupakan suatu sistem yang
kompleks yang mencakup banyak elemen yang saling berkaitan satu sama lain untuk
mencapai tujuan tertentu. Pembelajaran sendiri secara sederhana terdiri dari 3
tahap utama yaitu perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Sesuai dengan misi
mulia yang diemban pendidikan, yaitu transferring knowledge and value,
tahap evaluasi membutuhkan instrument yang buakn hanya mampu pengukur
keberhasilan mentransfer ilmu (kognitif)
tetapi juga nilai (afektif) dan ketrampilan (psikomotor).
Setiap aspek yang ada dalam proses pembelajaran
membutuhkan alat ukur yang tepat dan sesuai agar data yang diperoleh sesuai
dengan kedaan di lapangan. Aspek kognitif yang selama ini menjadi fokus proses
pembelajaran di Indonesia cenderung lebih tepat menggunakan tes sebagai alat
ukur keberhasilan atau alat evaluasi, namun untuk aspek lain seperti sikap atau
afektif dan ketrampilan atau psikomotor kurang
tepat jika diukur dengan tes.
Oleh karena itu, dibutuhkan instrumen jenis
lain untuk mengukur aspek dalam proses pembelajaran yang berkenaan dengan
domain afektif dan psikomotor. Dengan adanya instrument lain yakni berupa
non-tes, data yang diperoleh untuk menggambarkan keberhasilan proses
pembelajaran akan semakin lengkap dan bermakna.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas, perlu kiranya kami mengkaji tentang:
1.
Apa Pengertian evaluasi non tes?
2.
Apa sajakah macam-macam instrument evaluasi non
tes?
3.
Bagaimana pengembangan instrumen evaluasi non
tes dalam proses pembelajaran?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah
untuk mengkaji tentang:
1.
Pengertian evaluasi non tes
2.
Macam-macam instrument evaluasi non tes.
3.
Pengembangan instrument evaluasi jenis non-tes
dalam proses pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian evaluasi non tes
Penilaian non test adalah “penilaian pengamatan
perubahan tingkah laku yang berhubungan dengan apa yang dapat diperbuat atau
dikerjakan oleh peserta didik dibandingkan dengan apa yang diketahui atau
dipahaminya”. Dengan kata lain penilaian non test behubungan dengan penampilan
yang dapat diamati dibandingkan dengan pengetahuan dan proses mental lainnya
yang tidak dapat diamati oleh indera.
Adapun menurut Hasyim, ”Penilaian non test
adalah penilaian yang mengukur kemampuan siswa secara langsung dengan
tugas-tugas riil dalam proses pembelajaran. Contoh penilaian non test banyak
terdapat pada keterampilan menulis untuk bahasa, percobaan laboratorium sains,
bongkar pasang mesin, teknik dan sebagainya”.
Teknik penilaian nontes berarti melaksanakan
penilaian dengan tidak menggunakan tes. Sedangkan teknik penilaian non tes
tulis maksudnya adalah bentuk evaluasi non tes yang berbentuk tulisan atau non
lisan.
Alat atau instrumen merupakan sesuatu yang
dapat digunakan untuk mempermudah seseorang melaksanakan tugas atau mencapai
tujuan dengan lebih efektif dan efisien. Sedangkan istilah evaluasi merupakan
suatu proses untuk memperoleh kualitas tertentu terutama yang berkenaan dengan
nilai dan arti, istilah lain yang memiliki maksan yang hampir sama dengan
evaluasi adalah penilaian (assessment) dan pengukuran. Secara sederhana
penilaian dan pengukuran meruapakan komponen yang ada di dalam ruang lingkup
evaluasi, dimana penilaian merupakanproses berkesinambungan untuk mengumpulkan
informasi, sedangkan pengukuran lebih khusus mengumpulkan informasi yang
bersifat kuantitatif atas sesuatu.
Gambar 1. Hubungan
evaluasi-penilaian-pengukuran-tes-non tes
Berdasarkan pengertian-pengertian diatas maka
instrument evaluasi jenis non-tes diartikan sebagai sesuatu yang digunakan
untuk mempermudah pihak-pihak tertentu untuk memperoleh kualitas atas suatu
objek dengan menggunakan teknik non-tes.
B.
Macam-macam Instrument Evaluasi Non-tes
1.
Observasi (Observation)
Observasi merupakan suatu proses pengamatan dan
pencatatan secara sistematis, logis, objektif dan rasional mengenati berbagai
fenomena yang bertujuan untuk mengumpulkan data atau informasi dan mengukur
factor-faktor yang diamati khususnya kecakapan social. Berikut ini beberapa
karakteristik dari observasi, yaitu:
a.
Mempunyai tujuan
b.
Bersifat ilmiah
c.
Terdapat aspek yang diamati
d.
Praktis
Sedangkan secara lebih lanjut, terdapat tiga
jenis observasi, yaitu:
a.
Observasi partisipan, dimana pengamat ikut
andil dalam kegiatan kelompok yang sedang diamati.
b.
Observasi sistematik merupakan observasi dengan
menggunakan kerangka yang berisi faktor-faktor yang ingin diteliti yang telah
dikategorikan terlebih dahulu secara struktural.
c.
Observasi Eksperimental meupakan observasi
dimana pengamat tidak berpartisipasi dalam kelompok yang diamati namun dapat
mengendalikanunsur-unsur tertentu sehingga tercipta tujuan yang sesuai dengan
tujuan observasi. Observasi jenis ini memungkinkan evaluator untuk mengamati
sifat-sifat tertentu dengan cermat.
Adapun langkah-langkah penyusunan pedoman
observasi adalah:
a.
Merumuskan tujuan observasi
b.
Membuat kisi-kisi observasi
c.
Menyusun pedoman observasi
d.
Menyusun aspek-aspek yang ingin diobservasi
e.
Melakukan uji coba pedoman observasi
f.
Merevisi pedoman observasi berdasarkan hasil
uji coba
g.
Melaksanakan observasi
h.
Mengolah dan menafsirkan hasil observasi
Sama halnya dengan instrument evaluasi yang
lain,obsevasi memiliki beberapa kelemahan dan kelebihan yaitu:
a.
Kelemahan:
1)
Pelaksanaannya sering terganggu keadaan cuaca
atau kesan yang kurang baik dari observer maupun observi.
2)
Masalah yang sifatnya pribadi sulit diamati.
3)
Apabila memakan waktu lama, akan menimbulkan
kejenuhan.
b.
Kelebihan:
1)
Observasi cocok dilakukan untuk berbagai macam
fenomena.
2)
Observasi cocok untuk mengamati perilaku.
3)
Banyak aspek yang tidak dapat diukur dengan tes
tetapi bisa diukur dengan observasi.
2.
Wawancara (Interview)
Wawancara merupakan salah satu bentuk
instrument evaluasi jenis non tes yang dilakukan melalui percakapan dan tanya
jawab baik secara langsung tanpa alat perantara maupun secara tidak langsung.
Wawancara bertujuan untuk memperoleh informasi untukk menjelaskan suatu kondisi
tertentu, melengkapi penyelidikan ilmiah atau untuk mempengaruhi situasi atau
orang tertentu. Wawancara dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
a.
Wawancara Bebas dimana responnden mempunyai
kebebasan untuk mengutarakan pendapatnya tanpa dibatasi oleh patokan-patokan.
b.
Wawancara Terpimpin merupakan wawancara yang
dilakukan oleh subjek evaluasi dengan mengajukan pertanyaan yang sudah disusun
terlebih dahulu, sehingga responden hanya memilih jawaban yang sudah
disiapkan oleh penanya.
Berikut ini merupakan langkah-langkah untuk
melakukan wawancara:
a.
Merumuskan tujuan wawancara
b.
Membuat pedoman wawancara
c.
Menyususn pertanyaan yang sesuai dengan data
yang diperlukan.
d.
Melakukan uji coba
e.
Melaksanakan wawancara
Sedangkan kelemahan dan kelebihan jenis
instrument wawancara adalah sebagai berikut:
a.
Kelemahan:
1)
Jika subjek yang ingin diteliti banyak maka
akan memakan waktu yang banyak pula.
2)
Terkadang wawancara berlangsung berlarut-larut
tanpa arah.
3)
Adanya sikap yang kurang baik dari responden
maupun penanya.
b.
Kelebihan:
1)
Dapat memperolehinformasi secara langsung sehingga
objectivitas dapat diketahui.
2)
Dapat memperbaiki proses dan hasil belajar
3)
Pelaksanaannya lebih fleksibel, dinamis dan
personal.
3.
Skala Sikap (Attitude Scale)
Sikap merupakan suatu kecenderungan
tingkah laku untuk berbuat sesuatu dengan cara, metode, teknik dan pola
tertentu. Dalam mengukur sikap, guru harus memperhatikan tiga komponen sikap
yaitu kognisi (pengetahuan terhadap objek), afeksi (perasaan terhadap objek),
dan konasi (berperilaku terhadap objek). Model skala sikap yang biasa digunakan
antara lain:
a.
Menunjukan bilangan untuk menunjukan tingkatan
objek yang dinilai (1,2,3)
b.
Menunjukan frekuensi (selalu, sering, tidak
pernah)
c.
Menunjukaan istilah kualitatif ( baik sekali,
baik, kurang baik)
d.
Menunjukan status atau kedudukan (sangat
tinggi, diatas rata-rata, rendah)
e.
Menggunakan kode bilangan atau huruf (
selalu(5), kadang-kadang (4), jarang (3), jarang sekali (2), tidaak pernah (1))
Langkah-langkah Model Linkert:
a.
Memilih variabel afektif yang akan diukur
b.
Membuat pertanyaan terait variabel yang akan
diukur
c.
Mengklasifikasikan pertanyaan yang positif dan
negatif
d.
Menentukan angka yang menjadi alternatif
pilihan
e.
Menyusun pernyataan dan pilihan jawaban menjadi
sebuah alat penilaian
f.
Melakukan uji coba
g.
Membuang butir pertanyaan yang kurang baik
h.
Melaksanakan penilaian
4.
Daftar Cek (Check List)
Daftar cek adalah suatu daftar yang berisi
subjek dan aspek-aspek yang akan diamati, penilai tnnggal memberikan tanda
centang (v) pda tiap-tiap aspek sesuai dengan hasil pengamatan yang dilakukan.
5.
Skala Bertingkat (Rating Scale)
Instrumen skala penilaian memberikan solusi
atas kekurangan dafatr cek yang hanya mampu mencatat keberadaan
fenomena-fenomena tertentu. Skala penilaian memungkinkan pengamat untuk
mengetahui keberadaan fenomena tertentu sekaligus mengikur intensitas fenomena
tersebut dalam tingkatan-tingkatan yang telah disusun. Namun skala penilaian
memiliki beberapa kelemahan yaitu dengan adanya halo effects, yaitu efek dari
kesan atau penilaian umum,generosity effects yaitu keinginan untuk berbuat baik
dengan memberi nilai tinggi, dan carry over effects yaitu pengamat tidak dapat
membedakan antara fenomena satu dengan fenomena yang lain.
Gambar 2. Contoh skala penilaian
Keterangan:
1 = sangat tidak suka
2 = tidak suka
3 = biasa
4 = suka
5 = sangat suka
6.
Angket (Questioner)
Angket merupakan alat untuk mengumpulkandan
mencatat data, informasi, pendapat, dan paham dalam hubungan kausal. Angket
dapat dikelompokan benjadi beberapa kelompok. Angket berdasarkan bentuknya dibagi
menjadi dua jenis,yaitu:
a.
Angket berstruktur merupakan angket yang
menyediakan beberapa kemungkinan jawaban. Angket jenis ini terdiri dari tiga
bentuk:
1)
Bentuk jawaban tertutup, yaitu angket yang
telah menyediakan alternative jawaban
2)
Bentuk jawaban tertutup tetapi alternative
terakhir merupakan jawaban terbuka yang dapat memberikan kesempatan kepada
respondenuntuk memberikan jawaban secara bebas.
3)
Bentuk jawaban bergambar, yaitu angket yang
memberikan alternative jawaban berupa gambar.
b.
Angket tidak berstruktur merupakan angket yang
memberikanjawaban secara terbuka. Angket ini memberikan gambaran lebih tentang
situasi, namun kurang dapat dinilai secara objektif dan tifak dapat diukur
secara statistic sehingga data yang diperoleh sifatnya umum.
Sedangkan ditinjau dari responden yang menjawab,
maka angket dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
a.
Angket Langsung
Disebut
angket langsung apabila angket dikirimkan dan diisi langsung oleh orang yang
akan dimintai jawaban tentang dirinya.
b.
Angket Tidak Langsung
Angket
diisi oleh orang yang bukan dimintai keterangan tentang dirinya.
Berikut ini merupakan langkah-langkah menyusun
angket.
1)
Menyusun kisi-kisi angket
2)
Menyusun pertaanyaan-pertanyaan dan bentuk
jawaban yang diinginkan.
3)
Membuat pedoman cara menjawab.
4)
Melakukan uji coba angket untuk mengetahui
kelemahan angket tersebut.
5)
Merevisi angket berdasarkan hasil uji coba
6)
Menggandakan angket sesuai jumlah responden
Sama halnya dengan instrument lain, angket juga
memiliki beberapa kelemahan dan keunggulan, antara lain:
a. Kelemalan:
1)
Ada kemungkinan angker diisi oleh orang yang
bukan menjadi target.
2)
Target menjawab berdasarkan altternatif jawaban
yang tersedia
b. Keunggulan:
1)
Responden dapat meenjawab dengan bebas tanpa
dipengaruhi hubungan dengan peneliti atau penilai.
2)
Informasi yang terkumpul lebih mudah karena
homogen.
3)
Dapat mengumpulkan data dari jumlah responden
yang relatif banyak.
7. Studi Kasus (Case Study)
Studi kasus merupakan studi mendalan dan
komperhensif (mampu mengungkapkan semua aspek yang melatarbelakangi suatu
kasus) tentang peserta didik, kelas atau sekolah. Beriku ini merupakan tiga
pertanyaan inti dalam studi kasus yang harus dijawab guru:
a.
Mengapa kasus tersebut bisa terjadi?
b.
Apa yang dilakukan oleh seseorang dalam kasus
tersebut?
c.
Bagaimana pengaruh tingkah laku seseorang
terhaddap lingkungan?
8. Catatan Insidental (Anecdotal
Records)
Catatan insidental
merupakan catatan-catatan tentang peristiwa sepintas yang dialamipeserta didik
secara peerseorangan. Catatan tersebut belum berarti apa-apa terhadap penilaian
sesorang, namun dapat menjadi petunjuk yang berguna apabila dihubungkaan dengan
data-data.
9. Sosiometri
Sosiometri merupakan suatu
prosedur unruk merangkum, menyusun, dan sampai batas tertentu dappat
mengkualifikasi pendapat-pendapat peserta didik tentang penerimaan terhadap
sesama serta hubungan diantara mereka. Langkah dalam menggunakan sosiometri:
a.
Memberikan petunjuk atau pertanyaan. Misal:
tuliskan pada selembar kertas nama temanmu yang paling baik.
b.
Mengumpulkan jawab yang sesungguhnya dari
peserta didik.
c.
Memasukan jawabanke dalam tabel.
d.
Gambarkan jawaban dalam sebuah sosiogram.
10. Inventori Kepribadian
Inventori kepribadian hampir serupa dengan tes
kepribadian, namun pada inventori kepribadian jawaban peserta didik selalu
benar selama menyatakan dengan sesungguhnya. Walaupun demikian digunakan pula
skala-skala tertentu untuk mengkuantifikasi jjawab agar dapat dibandingkan.
11. Teknik Pemberian Penghargaan kepada
Peserta Didik
Teknik pemberian penghargaan ini penting karena
banyak respon atautindakan positif peserta didik yang diakibatkan oleh proses
belajar yang kurang diperhatikanguru. Apabila guru memberikan penghargaan atas
tindakan positif yang dilakukan peserta didik dalam berbagai bentuk, dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa. Berikut inimerupakan teknik pemberian
penghargaan:
a.
Teknik Verbal merupakan pemberian penghargaan
melalui pujian, dukungan, dorongan atau pengakuan.
b.
Teknik Non-verbal, melalui:
1)
Mimik dan gerakan tubuh (senyuman, acungan
jempol, tepuk tangan)
2)
Cara mendekati (proximity)
3)
Sentuhan (contact)
C.
Pengembangan instrumen evaluasi non tes dalam
proses pembelajaran PAI
1.
Tes Perbuatan
No.
|
Nama Siswa
|
Kemampuan Membaca
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
||
1.
1
|
Usman
|
|
|
|
|
|
2.
2
|
Said
|
|
|
|
|
|
3.
3
|
Sutejo Ade
|
|
|
|
|
|
Dst
|
Dst..........................
|
|
|
|
|
|
Keterangan :
Skor Tes Perbuatan :
1.
= Membaca lancar dan baik =
80 – 90 = A
2.
= Membaca lancar kurang baik = 70 – 79 = B
3.
= Membaca Terbata-bata =
60 – 69 = C
4.
= Membaca Terbata-bata dengan bantuan guru = 50 – 59 = D
5.
= Tidak dapat membaca = kurang dari 50 = E
2. Tes Sikap
No.
|
Pernyataan
|
SS
|
S
|
TS
|
STS
|
1.
|
Tujuan Kita diciptakan oleh
Allah SWT adalah ditugaskan sebagai Kholifah.
|
|
|
|
|
2.
|
Membaca Al Qur’an banyak mengandung nilai ibadah.
|
|
|
|
|
3.
|
Sebagai bentuk rasa syukur kita kepada Allah dapat kita lalukan dengan
mengucapkan hamdalah اَلْحَمْـدُِللهِ رَبِّ
الْعَالَمِيْــنَ "“ setiap kali kita memperoleh nikmat
serta menjalankan perintah Nya dan menjauhi larangan Nya.
|
|
|
|
|
dst
|
……………………………………………….
|
|
|
|
|
Keterangan : Skor Tes Sikap:
SS = Sangat Setuju =
50
S = Setuju =
40
TS = Tidak Setuju =
10
STS= Sangat Tidak
Setuju = 0
3. Portofolio yakni Tes pengalaman dilakukan dengan menggunakan portofolio dimana guru
mencatat pengalaman agama berdasarkan antara lain:
-
apa yang dilihat;
-
laporan rekan guru dan pegawai lainnya; dan
-
laporan dari orangtua murid atau siswa
B. Penilaian Afektif
Indikator
: Siswa menunjukkan sikap yang terpuji
No
|
Nama
Siswa
|
Aspek
Penilaian
|
Jml
Skor
|
Nilai
|
Catatan
|
||||
Disiplin
|
Respon
|
Inisiatif
|
Kerja
Sama
|
Tuntas
Tugas
|
|||||
01
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
02
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
03
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
04
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
05
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
06
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
07
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
08
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
09
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
10
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Catatan :
a. Kriteria perilaku
1 = sangat kurang 4 = baik
2 =
kurang 5
= amat baik
3 =
cukup
b.
Nilai merupakan jumlah dari nilai tiap-tiap indikator perilaku
c. Nilai
maksimum = 25.
d. Keterangan nilai
23 - 25
= sangat baik 8
- 12 = kurang
18
- 22 = baik 0
- 7 = sangat kurang
13 - 17 = cukup
BAB III
KESIMPULAN
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa
tahap evaluasi membutuhkan instrument yang bukann hanya mampu pengukur
keberhasilan mentransfer ilmu (kognitif) tetapi juga nilai (afektif).
Setiap aspek yang ada dalam proses pembelajaran membutuhkan alat ukur yang
tepat dan sesuai agar data yang diperoleh sesuai dengan kedaan di lapangan.
instrument evaluasi jenis non-tes diartikan sebagai sesuatu yang digunakan
untuk mempermudah pihak-pihak tertentu untuk memperoleh kualitas atas suatu
objek dengan menggunakan teknik non-tes. Instrument evaluasi non-tes tersebut
terdiri dari beberapa macam, yaitu observasi, wawancara, skala sikap, daftar
cek, skala lenilaian, angket, studi kasus, catataninsidental, sosiometri,
inventori kepribadian dan teknik pemberian penghargaan kepadapeserta didik.
Tiap jenis instrument tersebut memiliki karakteristik, langkah-langkah, kekurangan,
dan kelebihan masing-masing yang memungkinkan evaluator untuk memilih
instrument yang paling sesuai untuk melakukan evaluasi.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal. 2010. Evaluasi
Pembelajaran. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.
Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-dasar
Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Nana Sudjana2007. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar,Bandung: PT Remaja RosdaKarya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar